Selasa, 21 Juli 2009

materialitas audit

MATERIALITAS

Materialitas mendasar pada penerapan standar- standar auditor yang berlaku umum,terutama standar pekerjaan lapangan dan pelaporan, Menurut konsep materialitas, financial accounting standar board mengidentifikasikan materialitas sebagai (besar nya suatu pengabdian/ salah saji informasi akuntansi yang di luar keadaan di sekitarnya, memungakinkan bahwa pertimbangan seorang yang bergantung pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh pengabdian/ salah saji tersebut).

Auditor memuat pertimbangan pendahuluan mengnai tingkat materialitas dalam perencanaan audit sering di sebut Materialitas Perencanaan. Tingkat materialitas yang di gunakan pada penyelesaian audit dalam mengevaluasi temuan audit karena:
A. Situasi yang ada di sekitarnya mungkin berubah
B. Informasi tambahan mengenai klien akan di peroleh selama pelaksanaan audit sebagai contoh klien mungkin telah memperoleh pembiayaan yang di perlukan untuk tetap berjalan sebagai going concern yang ragukan ketika di rencanakan, dan audit mungkin akan menegaskan bahwa solvabilitas jangka pendek perusahaan telah meningkat secara signifikan selama tahun tersebut

Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada dua tingkat sebagi berikut:
• Tingkat keuangan karena pendapatan auditor menilai kewajaran meluas sampai laporan keuangan secara keseluruhan
• Tingkat saldo akun karena auditor menguji saldo akun dalam memperoleh kesimpulan keseluruhan atas kewajaran laporan keuangan

MATERIALITAS PADA TINGKAT LAPORAN KEUANGAN

Materialitas laporan keungan (financian statement materiality) adalah salah saji agregat minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting untuk mencegah laporan di sjikan secara wajar sesuai dengan prinsip- prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam kontes ini salah saji mungkin diakibatkan karena penerapan yang salah dari GAAP, berangkat dari fakta, atau penghilangan informasi yang diperlukan.Untuk tujuan perencanaan , auditor harus menggunakan tingkat agregat terkecil dari salah saji yang dipertimbangkan sebai materialuntuj setiap laporan keungan. Peraturan keputusan ini tepat karena laporan saling berkaitan dan banyak prosedur audit berkaitan denga lebih dari satu laporan keungan.sebagai contoh, prosedur audit untuk menentuka penjualan kredit akhir tahun tehah dicatat pada periode yang sesuai menyediakan bukti mengenai piutang usaha(neraca) dan penjualan(laporan laba-rugi).

Konsep Materialitas, Resiko, dan Pengujian dalam Auditing
Berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat, auditor tidak mungkin melakukan pemeriksaan atas semua transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan. Auditor harus menggunakan konsep materialitas dan konsep risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa besar salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut. Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
Materialitas dibagi menjadi dua golongan, yaitu materialitas pada tingkat laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Risiko audit juga digolongkan menjadi dua, yaitu risiko audit keseluruhan dan risiko audit individual.

Penggunaan Materialitas dalam Mengevaluasi Bukti Audit
Risiko audit terdiri dari tiga unsur, yaitu risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi ditaksir oleh auditor pada tahap perencanaan audit sebagai salah satu dasar penentuan ukuran sampel yang akan diperiksa.
Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit, auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau sekelompok asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam pendekatan, yaitu pendekatan substantif (primarily substantive approach) dan pendekatan tingkat risiko pengendalian taksiran rendah (lower assessed level of control risk approach).
Penaksiran Risiko Pengendalian dan Pendesainan Pengujian Pengendalian
Penaksiran risiko pengendalian untuk suatu asersi merupakan faktor penentu tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk suatu asersi, yang pada gilirannya akan berdampak terhadap tingkat pengujian substantif yang direncanakan (yang mencakup sifat, saat, dan lingkup pengujian substantif) yang harus dilakukan untuk menyelesaikan audit. Jika risiko pengendalian ditaksir terlalu rendah, risiko deteksi dapat terlalu tinggi ditetapkan dan auditor dapat melaksanakan pengujian substantif yang tidak memadai sehingga auditnya tidak efektif. Sebaliknya jika risiko pengendalian ditaksir terlalu tinggi, auditor dapat melakukan pengujian substantif melebihi dari jumlah yang diperlukan sehingga auditor melakukan audit yang tidak efisien.
Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan efektivitas desain dan/atau operasi kebijakan dan prosedur pengendalian intern. Berbagai pengujian pengendalian dapat dipilih oleh auditor dalam pelaksanaan auditnya, yaitu sebagai berikut.
1. Pengujian pengendalian bersamaan (concurrent tests of controls), yang terdiri dari prosedur untuk memperoleh pemahaman dan sekaligus untuk mendapatkan bukti tentang efektivitas pengendalian intern.
2. Pengujian pengendalian tambahan, yang merupakan pengujian yang biasanya dilaksanakan oleh auditor jika, berdasarkan hasil pengujian pengendalian bersamaan yang memperlihatkan pengendalian intern yang efektif, auditor kemudian mengubah strategi auditnya dari pendekatan terutama substantif ke pendekatan risiko pengendalian rendah.
3. Pengujian pengendalian yang direncanakan, yang merupakan pengujian yang dilaksanakan untuk menentukan taksiran awal risiko pengendalian moderat atau rendah sesuai dengan tingkat pengujian substantif yang direncanakan.
4. Pengujian dengan tujuan ganda (dual-purpose tests), yang merupakan pengujian yang desain sedemikian rupa sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti tentang efektivitas pengendalian intern sekaligus dapat mengumpulkan bukti tentang kekeliruan moneter dalam akun.
Penaksiran Risiko Deteksi dan Pendesainan Pengujian Substantif
Desain pengujian substantif sangat ditentukan oleh risiko deteksi yang ditetapkan oleh auditor. Desain pengujian substantif mencakup penentuan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang diperlukan untuk memenuhi tingkat risiko deteksi setiap asersi. Auditor dapat menggunakan jenis pengujian substantif berikut, yaitu prosedur analitik, pengujian terhadap transaksi terperinci, dan pengujian terhadap saldo terperinci. Pengujian substantif dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca dan pada atau mendekati tanggal neraca, tergantung risiko deteksi yang ditetapkan oleh auditor.
Rerangka umum pengembangan program audit untuk pengujian substantif adalah sebagai berikut, (1) tentukan prosedur awal audit, (2) tentukan prosedur analitik yang perlu dilaksanakan, (3) tentukan pengujian terhadap transaksi terperinci, (4) tentukan pengujian terhadap akun terperinci
Pedoman Kuantitatif
Pedoman resmi mengenai pengukuran kuantitatif dari materialitas ,gambaran mengenai beberapa pedoman yang di gunakan dalam praktik.
• 5% hingga 10% dari laba bersih sebelum pajak (10% untuk laba yang lebih kecil, 5% untuk laba yang lebih besar)
• ½% hinga 1% dari total aktiva
• 1% dari ekuintas
• ½% hingga 1% pendapatan kotor
• Sutu persentase variable berdasarkan mana yang lebih besar antara total aktiva atau total pendapatan
UKURAN ABSOLUT DARI PENGUKURAN MATERIALITAS DAN RASIO
concord Mott’s golden west
Pengukuran materialitas Fabrics Inc. Supermarkets financial

1. 5% dari rata-rata laba $150 $240 $3560
2. % variable dari laba kotor 180 510 N/A
3. ½% dari total aktiva 200 220 35.760
4.1% dari ekuintas 210 240 2.680
5. ½% dari pendapatan 470 1.310 3.730

Rasio
Terbesar hingga terkecil 3,1 6,0 13,3

Para peneliti mengamati , “Hasil dari studi ‘sampel kecil’ ini menyediakan bukti empiris bahwa di antara lima definisi peraturan yang biasanya di terapkan untuk materialitas , perbedaan ukuran dapat muncul bergantung pada industri klien dan definisi yang di pilih. Sebagai contoh, untuk perusahaan keuangan yang teliti, pengukuran terkecil… Perbedaan yang begitu besar dalam definisi materialitas agaknya akan mengarah pada perbedaan keputusan lingkup audit yang besar bergantung pada definisi mana yang untuk menghitung “materialitas perencanaan.” Mereka menyimpulkan lebih banyak bukti diperlukan, tampak bahwa pedoman otoratif tambahan akan berguna.”

Sumber: Kurt pany dan Stephen Wheeler, “A Comparison OfVarious Materiality Rules Of Thumb,” The CPA Journal (juni 1989), hal 62-63

Pertimbangan kualitatif

Pendapatan kualitatif berhubungan dengan penyebab dari salah saji. Sala saji yang secara kuantitatif tidak material mungkin secara kualitatif akan material.misalnya ketika salah sji diakibatkan oleh sutu ketidakberesan (irregularities) atau tindakan melanggar hokum oleh klien. Penemuan atas terjadinya tersebut dapat mengakibatkan auditor menyimpulkan bahwa terdapat resiko yang signifikan akan adanya salah saji tambahan yang serupa.

MATERIALITAS PADA TINGKAT SALDO AKUN

Materialitas saldo akun (account balance materiality) adalah salah saji minimum yang dapat muncul dalam suatu saldo akun hingga dianggap mengandung salah saji material. Salah saji hingga tingkat tersebut dikenal sebagai salah saji yang dapat ditolerir (tolerable misstatement).

Tidak ada komentar: