Kamis, 16 Juli 2009

hipopituitary

BAB I
KONSEP DASAR MEDIS

a. Definisi.
Hipopituitary adalah kelainan akibat berkurangnya atau menghilangnya sekresi dari satu atau lebih hormon hipofisis dan menyebabkan gangguan pertumbuhan yaitu ukuran tubuh kecil atau cebol, timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala biasanya lambat dan tersembunyi, tergantung dari cepatnya serangan dan hebatnya faktor kerusakan hipotalamus, hipofisis yang dipengaruhi oleh dasar patogenesis.
Hipopituitarisme dapat merupakan keadaan primer yang disebabkan oleh kerusakan kelenjar hipofisis pars posterior atau sekunder sebagai akibat dari defisiensi faktor stimulator hipotalamus yang biasanya berpengaruh terhadap hipofisis.
(Endokrinologi dasar dan klinik Edisi: 4)

b. Etiologi.
Hipopituitarisme, dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus, penyebabnya menyangkut:
1) Infeksi atau peradangan oleh jamur dan bakteri piogenik.
2) Penyakit autoimun (hipofisis limfoit autoinum).
3) Tumor, misalnya dari sejenis sel penghasil hormon yang dapat mengganggu pembentukan salah satu atau semua hormon lain.
4) Umpan balik dari organ sasaran yang mengalami malfungsi, misalnya akan terjadi penurunan sekresi TSH hipofisis apabila kelenjar tiroid yang sakit mengeluarkan HT dalam kadar yang berlebihan.
5) Nefrotik hipoksik (kematian akibat kekurangan O2) hipofisis atau semua sel penghasal hormon.
( Bagnara,Turnor.2002.Endokronologi Umum)
c. Patofisiologi dan Pathway.
Penyebab hipofungsi hipofisis dapat bersifat primer dan sekunder. Primer bila gangguannya terdapat pada kelenjar hipofisis itu sendiri dan sekunder bila gangguan terdapat pada hipoalamus, penyebab tersebut diantaranya:
 Defek perkembangan kongenital, seperti pada dwarfisme pituitari.
 Tumor yang merusak hipofise atau merusak hipotalamus.
 Iskemia, seperti pada nekrosis post parfum.
Hipopituitary pada orang dewasa dikenal sebagai penyakit simmods yang ditandai dengan kelemahan umum: intolesansi terhadap dingin, nafsu makan buruk, penurunan BB dan hipotensi. Wanita yang mengalami penyakit ini tidak akan mengalami menstruasi dan pada pria akan menderita impotensi dan kehilangan libido. Pada masa kanak-kanak akan menyebabkan dwafirasme (kerdil).

Pathway.

Terhadap penyakit kelebihan hormon hipofise
pada hipotalamus hipofise interior post parfume



Hipofisis Endokrin


Primer Sekunder
(Hipofisis) (Hipotalamus)



Penyakit Autoimun Kelebihan Hormon
(Hipofisi Limfosid Autoimun)


Hipopitutiarisme


Perubahan struktur Kronisitas Kondisi Penampilan Transmisi Perubahan
Fungsi Tubuh Penyakit Tubuh Impuls Status Kesehatan




d. Manifestasi Klinik.
1. Sakit kepala dan gangguan penglihatan atau adanya tanda-tanda tekanan kranial yang meningkat.
2. Gambaran dari produk hormon.
Pertumbuhan yang berlebihan termasuk akromegali (tangan dan kaki besar demikian pula lidah dan rahang), berkeringat banyak, hipertensi dan artralgia (nyeri sendi).
3. Hiperprolaktinemia: aminore atau oligomenore galaktose(30%), infertilitas pada wanita, impotensi pada pria.
4. Sindrom chusing: obesitas sentral, hirsutisme, straiae, hipertensi, deabetes militus, osteoporosis.
5. Defisiensi hormon pertumbuhan: (GH) gangguan pertumbuhan pada anak-anak.
6. Defisiensi gonadotropin: impotensi, libido menurun, rambut tumbuh rontok pada pria, omenore pada wanita.
7. Defisiensi TSH: rasa lelah, konstipasi, kulit kering.
8. Defisiensi kartikotropin: malaise, aneroksia, rasa lelah yang nyata, pucat, penurunan fungsi adrenal.
9. Defisiensi vasopresin: poliuria, polidipsia, dehidrasi,tidak mampu memekatkan urin.

e. Pemeriksaan Penunjang.
1. Pemeriksaan laboratorik.
Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kartikosteroid dalam urin menurun.
2. Pemeriksaan radiologik atau rentgenologis.
a. Foto polos kepala.
b. Poliografi berbagai arah.
c. Pneumonsefalografi.
3. Pemeriksaan lapang pandang.
a. Adanya kelainan pada lapang pandang.
b. Adanya tumor hipofisis yang menekan ke asma optik.
4. Pemeriksaan Diagnostik.
a. Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH.
b. Tes proraksi dengan menggunakan stimulasi atau supresi hormon dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum.

f. Penatalaksanaan.
1. Pemberian hormon pertumbuhan sintesis (oksigen).
2. Ciptakan agar kondisi klien dapat dengan bebas mengungkapkan perasaan dan fikirannya tentang perubahan tubuh yang dialaminya.
3. Bangkitkan motivasi agar klien mau melaksanakan program pengobatan yang sudah ditentukan.
4. Anjurkan klien memeriksa diri secara teratur ketempat pelayanan terdekat.
5. Anjurkan pada keluarga untuk dapat membantu klien memenuhi kebutuhan sehari-harinya bila diperlukan serta dapat menciptakan lingkungan yang kondusif dalam keluarga seperti menghindari perselisihan atau persaingan yang tidak sehat.
6. Bantu klien untuk mengembangkan sisi positif yang dimiliki serta bantu untuk beradaptasi.
7. Ajarkan klien cara melakukan perawatan kulit secara teratur setiap hari.
8. Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakitnya, pengobatannya, dan kunci keberhasilan pengobatan.















BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian.
Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antara lain mencakup:
1. Riwayat penyakit.
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.
2. Sejak kapan keluhan dirasakan.
Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedangkan defisiensi gonadotropin nyata pada masa pra remaja.
3. Apakah keluhan terjadi sejak lahir?
Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat pada klien kretinisme.
4. Kaji TTV dasar.
Untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.
5. Kaji pertumbuhan klien.
Timbang dan ukur berat badan, tinggi badan klien saat lahir serta bandingkan pertumbuhan anak dengan standar.
6. Keluhan utama klien.
 Pertumbuhan lambat.
 Ukuran otot dan tulang kecil.
 Tanda-tanda sex sekunder tidak berkembang.
 Impotensi.
 Infertilisasi.
 Libido menurun.
 Nyeri senggama pada wanita.
7. Pemeriksa fisik.
 Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur berat dan tinggi badan, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axilla dan pubis, pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut diwajah (jenggot dan kumis).
 Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar.
8. Kaji dampak perubahan fisik.
Apakah klien sudah mampu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri?
B. Diagnosa Keperawatan.
No Diagnosa Intervensi Rasionalisasi Implementasi Evaluasi
1. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat defisiensi ganodotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan. • Dorong klien untuk mengeksprsikan perasaannya.
• Dorong klien untuk bertanya mengenai masalah yang dihadapinya.
• Berikan kesempatan pada klien untuk merawat dirinya sendiri • Agar klien mampu mengungkapkan perasaannya.
• Agar klien mampu berbagi rasa dengan orang lain.
• Membantu klien untuk mandiri. • Mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
• Mendorong klien untuk bertanya mengenai masalah yang dihadapinya.
• Memberi kesempatan pada klien untuk merawat dirinya sendiri. • Klien mendapatkan aktivitas peningkatan diri.
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit. • Bantu klien untuk dapat berkomunikasi.
• Bantu klien dalam memecahkan masalah yang dialaminya.
• Ajarkan klien untuk dapat melakukan tehnik relaksasi yang benar. • Agar klien mampu mengalami peningkatan komunikasi.
• Agar klien dapat memecahkan masalahnya sendiri.
• Agar klien dapat melakukan relaksasi. • Membantu klien untuk dapat berkomunikasi.
• Membantu klien dalam memecahkan masalah yang dialaminya.
• Mengajarkan pada klien untuk dapat melakukan tehnik relaksi yang benar. • Kondisi emosional terkontrol.
• Pasien tidak mudah marah.
• Stres menurun.
• Klien mulai ikut serta dalam tindakan pengobatan.
• Klien mudah berkomunikasi.
3. Harga diri rendah yang berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh. • Bantu klien dalam membina saling hubungan percaya antara klien dengan perawat.
• Bantu klien dalam hal berinteraksi sosial.
• Bantu klien untuk meningkatkan harga dirinya kembali dengan mendukung segala tindakan, harapan, dan keinginan pasien. • Agar klien mampu membina hubungan saling percaya antara klien dan perawat.
• Agar klien mampu berinteraksi sosial.
• Agar klien mampu mendiskusikan perasaannya. • Membantu klien dalam membina hubungan saling percaya antara klien dengan perawat.
• Membantu klien dalam hal berinteraksi sosial.
• Membantu klien untuk meningkatkan harga dirinya kembali dengan mendukung segala taidakan, harapan, dan keinginan pasien. • Klien sudah mampu untuk mengekspresikan perasaannya melalui verbal maupun non verbal.
• Mengekspresikan malu dan bersalah berkurang.
4. Gangguan sensorik (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi impuls sebagai akibat penekanan tumor nervus optikus. • Bantu klien untuk mengurangi penglihatan yang berlebih.
• Bantu klien untuk dapat berorinteraksi dengan orang, tempat, dan waktu.
• Berikan waktu istirahat yang cukup pada klien dan pastikan tanpa ada gangguan. • Agar klien dapat melihat secara normal.
• Agar klien dapat berorientasi dengsn orang, tempat, dan waktu.
• Agar klien dapat menstimulasi dirinya kembali. • Membantu klien untuk mengurangi penglihatan yang berlebih.
• Membantu klien untuk dapat berorientasi dengan orang, tempat, dan waktu.
• Memberikan waktu istirahat yang cukup pada klien dan pastikan tanpa ada gangguan. • Klien mampu untuk dapat berorientasi terhap orang lain, tempat, dan waktu.
5. Ansietas (cemas) berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan. • Berikan kenyamanan dan ketentraman hati pada klien.
• Bantu klien dalam melakukan aktifitas yang dapat menurunkan ketegangan emosi.
• Ajarkan tehnik penghentian ansietas • Agar klien memiliki rasa percaya terhadap sesama.
• Agar klien dapat memberikan respon secara verbal maupun non verbal.
• Agar klien dapat menstimulasi dirinya kembali. • Memberikan kenyamanan dan ketentraman hati pada klien.
• Membantu dalam dalam melakukan aktivitas yang dapat menurunkan keteganan emosinya.
• Mengajarkan tehnik penghentian ansietas. • Klien mampu mengurang rasa tagang.

Tidak ada komentar: